Welcome - Selamat Datang

Welcome to Serba Tempoe Doeloe webpage - Selamat Datang di webpage Serba Tempoe Doeloe.

In this webpage we try to give new perspective and also help youngster at this era to look at history and heritage of Indonesia. Fot that purpose, we try to give colourful and restoration image from Indonesia between 1890 - 1970 era.

Web page ini bertujuan untuk memberi persepsi baru dan juga untuk membantu generasi muda sekarang untuk melihat masa lalu dan peninggalan yang ada di Indonesia. Untuk tujuan itulah, kami mencoba untuk memberikan gambar yang telah direstorasi / diperbaiki dan diwarnai mengenai Indonesia di era 1890 - 1970.


Thomas Hudyono - Dalan Merhuli P.

Friday, January 21, 2011

Trem di Batavia (Jakarta)

Trem di Batavia

Di era Hindia Belanda, pengaturan lalu lintas di Batavia / Jakarta di kelola oleh NV Bataviasche Verkeers Maatschappij / BVM - Perusahaan Pengelola Lalu lintas di Batavia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 31 Juli 1930 hingga 17 Maret 1942.

Perusahaan ini awalnya bernama Bataviasche Tramweg-Maatschappij (BTM) atau Perusahaan Jalur Trem Batavia yang juga dikenal sebagai Firma Dummler & Co, kemudian pada tahun 1881 menjadi bernama Nederlandsch-Indische Tramweg-Maatschappij (NITM) atau Dutch East-Indian Steamtram Company. Dan kemudian diganti namanya menjadi Batavia Electrische Tram-Maatschappij (BETM) atau Batavia Electric Tramway Company pada tahun 1897.

BTM memulai pembukaan jalur trem pertama dengan menggunakan trem yang ditarik oleh kuda.
Rute awalnya adalah :
1. Oud Batavia / Jakarta Kota, berawal dari Amsterdam Gate yaitu di ujung utara dari jalan Prinsenstraat (sekarang Jl Cengkeh), melalui Jalan Molenvliet (sekarang Jl Gajah Mada) dan berakhir di Harmonie (Sekitar jalan Majapahit sekarang). Rute ini dimulai pada tanggal 20 April 1869.


2. Beberapa tahun kemudia, rute nomor 2  dibuka dari Harmonie - Tanah Abang - Harmonie - Noordwijk – Kramat - Meester Cornelis (Mester / jatinegara sekarang). Setelah tahun 1882, trem yang menggunakan kuda diperbaharui dan diganti menjadi trem bertenaga uap
dan relnya diperlebar. Trem bertenaga uap beroperasi dibawah perusahaan NITM menggantikan BTM, dan setelah era trem listrik, NITM digantikan oleh
BETM. Trem listik mulai dioperasikan pada 1 Maret 1934.

Rute Jalur Trem di Batavia pada tahun 1937

Total panjang jalur trem yang ada 40 kilometer yang terbagi menjadi 6 lajur.
Jalur utama yang melayani : Oud Batavia (Jakarta Kota - Jln Cengkeh) hingga Meester Cornelis (Mester - Jatinegara sekarang) menempuh
jarak 14 kilometer

Jalur trem dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Kelas terakhir ini ditujukan
bagi penduduk pribumi yang umumnya cuma berbentuk seperti back terbuka (jaman itu disebut pikolan),
fasilitas ini dipergunakan untuk mengangkut ikan, sayuran, buah buahan dan sebagainya.
Rata rata penumpang biasanya terdiri dari kelas 1 sebanyak 15% sedang sisanya untuk kelas 2 dan 3.
Pada tahun 1937, jumlah yang dimiliki untuk melayani seluruh jalur adalah
- 42 trem penarik besar
- 39 trem penarik kecil
- 23 gerbong bak terbuka
- 52 gerbong penumpang




5 comments:

  1. This is NOT a tram in Batavia, but an electric tram of Surabaja, which ran from about 1924 till 1968

    ReplyDelete
  2. Yes, indeed, thanks for the update information. I actually use the picture to represent what the tram looks like. Thanks again for the correction

    ReplyDelete
  3. Setahu saya tram yang beroperasi di Jakarta, pintu masuknya ditengah dan lebar (saya ingat betul karena pernah mau dicopet di pintu ). Pintu diujung gerbong seperti foto diatas tidak ada.

    Kemudian bentuk depannya tidak membulat, tapi bersegi. Jadi bentuk gerbongnya bersegi delapan panjang.
    Warnanya tidak kuning, tapi lebih agak coklat muda sedikit kuning.

    Tram di Surabaya bentuknya juga tidak demikian, kelihatan lebih ramping dari tram di Jakarta (bentuknya sedikit beda).

    Terakhir tram di Jakarta beroperasi tahun 1960 dan tinggal lijn-1. Penulis kalau ke sekolah (SMA) dari Jatinegara (halte Gang Kelor/depan bioskop Central/viaduct) naik tram ini dan turun di halte Gang Sentiong.
    Tram di Jakarta saat itu terkenal banyak kutu busuknya ('tinggi'/bhs Jawa, 'bangsat'/Betawi, 'tumbila'/Sunda, 'kepinding'/Minang). Yang jelas spesies 'tinggi' ini sekarang sudah punah (???).

    Tahun 1961, saya masih sempat jalan-jalan naik tram di Surabaya. Saat itu di Jakarta sudah tidak ada tram.
    Kesan saya tram di Surabaya lebih bersih dibanding yang di Jakarta.
    Tram di Surabaya dioperasikan oleh Djawatan Kereta Api (DKA) yang kemudian jadi PNKA ...dst...KAI sekarang.
    Sedangkan tram di Jakarta dioperasikan oleh PPD, yang semula namanya NV BVM.
    Sebetulnya sesudah pendudukan Jepang, tram Jakarta pernah dioperasikan oleh DKA, namun kemudian Belanda menguasai kota Jakarta, maka tram dikembalikan ke pemilik semula yaitu NV BVM (1947).
    Tahun 1954 oleh bung Karno, NV BVM dengan Undang2 Darurat di nasionalisasi diubah menjadi PPD. Tahun 1957 Undang2 Darurat tram tersebut dikukuhkan menjadi Undang2.

    Tram Jakarta hilang karena Bung Karno. Pada saat-saat terakhir, Walikota Jakarta Raya Soediro memohon ke Bung Karno untuk disisakan tram yang lijn-1, supaya tidak dibongkar.
    Namun Bung Karno yang tidak suka dengan peninggalan2 Belanda, bersikeras untuk membongkarnya. Yaa emosi... (?).

    Sayang...............

    Setahu saya tram di Jakarta secara keseluruhan ini ada 5 lijn (1952), dengan trayek yang paling panjang adalah lijn-1 dengan route Kampung Melayu - Pasar Ikan. Kemudian secara bertahap dihapus lijn-lijn tersebut.

    Dahulu tram itu ada 2 sistem, pertama tram kota oleh NV BVM, kedua tram yang melewati jalur k.a. milik DKA (PNKA/PJKA/PTKA/PT KAI) di wilayah Jakarta. Tram-nya warna hijau dengan trayek Tanjung Priok, Stasiun Kota, terus ke Jatinegara yang dipecah 2 jalur yaitu yang lewat Gambir/Manggarai dan yang lewat Kemayoran/Senen.

    Kalau trayek Jakarta-Bogor pakai gerbong biasa, tetapi ditarik oleh lokomotif listrik yang berbentuk kotak berwarna abu-abu tua (kandang lokomotif listrik ini di Bukitduri).

    Kemudian tram warna hijau itu dihapus, lokomotif listrik hilang, kabel2 listriknya sebagian dibongkar.

    Tetapi belakangan (bertahun-tahun kemudian) kabel2 diperbaiki, tram dioperasikan kembali jadi Jabotabek yang sekarang.........bingung yaa.

    Yaa itulah sekelumit cerita tentang trem yang saya alami.

    ReplyDelete
  4. Melihat peta route tahun 1937 diatas, yang penulis belum pernah lihat rel-nya adalah lijn-3 yang dari Jembatan Lima ke Asemka/stasiun Kota.

    Kalau yang lain rel-rel tersebut di tahun 1952 masih ada dan masih beroperasi. Misalnya lijn-4 hanya sampai jl.Fakhrudin. Kemudian ada lijn-5 yang dari Tanah Abang lewat Asem Lama (Wahid Hasyim) terus ke jl.Johar dan Taman Cut Meutia, samping Kalipasir lewat gang listrik & nyebrang Kramat Raya di depan Rivoli berakhir di kandang tram di Kramat Raya. Kalau tidak salah yang di Kalipasir (sebelah Kebon Binatang jadul) adalah bengkel tram.

    Kelihatannya sesudah yang dari Jembatan Lima hilang, berikutnya lijn-2 yang tidak dioperasikan. Jalur lijn-2 ini dari Harmoni ke Jl.Mojopahit, Merdeka Utara (lewat depan Istana Merdeka), terus ke Merdeka Timur sampai berakhir di Taman Cut Meutia ini di stop operasinya.

    Giliran selanjutnya lijn-4 yang dari Pasar Ikan ke Tanah Abang di stop operasinya.

    Kalau lijn-3 yang lewat Pasar Senen , Gunung Sahari, belok Pintu Besi (Samanhudi) terus Sawah Besar (Sukardjo Wiryopranoto) terus Gajah Mada, penulis ingat trem ini pernah terbalik dan kecebur di sungai pinggir Gunung Sahari pas mau belok ke Pintu Besi(Samanhudi).

    Lijn paling favorit adalah lijn-1 yang dari Kampung Melayu, Kramat Raya, lewat Senen Raya, Lap.Banteng Timur, Gedung Kesenian, terus ke Veteran, Gajah Mada dst, selalu penuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih banyak untuk masukannya, saya sendiri berusaha mengumpulkan informasi dari beberapa sumber, cuma pastinya serba terbatas. Sumber terbaik adalah mereka yang memang pernah mengalami sendiri. Untuk itu sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih

      Delete