Thomas Hudyono, kelahiran 1969, mengawali perkenalannya dengan grafis komputer pada era PC XT, sekitar tahun 1984. Masih menggunakan program harvard graphics. Dan era 1995, seorang teman memperkenalkannya dengan software photoshop.
During his work, he try to learn and do experiments, because he learn graphics by autodidact. In 1997, he dare himself to try doing professionally and combine it with web. But easy to guess, the works looks terrible and far from something that called good.
Sejak itulah minatnya makin berkembang. Di sela pekerjaannya, banyak menggunakan waktu senggang untuk melakukan uji coba, mengingat semuanya dipelajari secara otodidak. Lalu tahun 1997 nekad memasuki dunia grafis dengan menggabungkannya dalam wacana web. Hasilnya mudah diduga, masih amatir dan jauh dari yang dibilang bagus.
Around year 2000, he try to do work in graphics design field until one of his friends ask, is it possible to fix and restore old photographs. And from that moment, his interest about photo retouch and restoration begin. And more grew specially after read some books about old Jakarta which written by Adolf Heuken.
Tahun 2000 awal mencoba bidang grafis design sampai akhirnya ada seseorang teman yang memintanya untuk melakukan perbaikan foto tua. Dari situlah minatnya untuk bidang restorasi foto timbul. Ditambah dengan membaca buku buku karangan Adolf Heuken mengenai Jakarta tempo dulu.
The limitation in many factor, specially about the learning material is not an obstacle to learn more about restoration. And starts to receive old photographs from several friends from many places as a study material to learn more about restoration. (many thanks to Asta, Dhel, Colin and Daisy for all the support).
Keterbatasan dalam berbagai hal, terutama materi untuk pembelajaran otodidak malahan menjadi acuan untuk semakin mendalami bidang ini.Lalu mulai menerima perbaikan foto foto dari teman teman di berbagai belahan dunia sebagai materi pembelajaran, yang tentunya semakin mengasah kemampuan. (Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Asta, Dhel, Colin dan Daisy untuk segala bantuan dan dukungannya).
Now, with support from Dalan Perangin angin, Thomas decide to publish some of his restoration work. The main purpose of this is to help youngster to see what Indonesia looks like at the 1890 - 1970 era, with modern touch.
Hingga sekarang atas dorongan seorang rekan yaitu Dalan Perangin angin, Thomas memutuskan untuk menampilkan berbagai hasil perbaikan yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk membantu generasi muda sekarang dapat melihat seperti apa Indonesia di era 1890 - 1970 dengan lebih baik, yaitu menampilkannya dengan gaya modern yang berwarna.
Dalan MP
In my parents local tribe language "Batak Karo", Dalan means a way / street. Same meaning with Dalan that came from Javanese tribe language. The differences only how to pronounce the D. But i more prefer to called as the citizen of the world. But thats only in dreams. I was born and grow in Indonesia. Indonesia is my nationality, i love and adore Indonesia.
Dalam bahasa daerah orang-tua saya Batak Karo, Dalan artinya Jalan, sama dengan arti dalam bahasa Jawa, hanya sedikit perbedaan pengucapaan yaitu di bunyi D-nya. Saya lebih senang kalau disebut sebagai warganegara Dunia. Tetapi itu hanya dalam mimpi. Saya dilahirkan dan dibesarkan di negara Indonesia. Indonesia adalah kewarganegaraan saya, dan negara yang saya cintai dan junjung-tinggi adalah Indonesia.
I have 2 dreams. First, to see Indonesia wealthy and peace, and respected by other countries because the achievement and dignity of the citizen. The second dream is wealthy world and world peace, because every human have the same rights and dignity, also need to respect each other. At that times, where ever we born and grow, from any tribe and nation, from many skin colour, we need nothing to worry about because we all can live in wealthy, peace and respected. We all a citizen of the world
Saya mempunyai dua buah mimpi. Mimpi yang pertama adalah melihat Indonesia makmur dan damai, dan di dunia internasional dihormati karna prestasi dan martabat manusianya. Mimpi yang kedua adalah kemakmuran dan kedamain merata di seluruh dunia di manapun juga, dan setiap manusia dari mana saja punya derajat-martabat yang sama dan saling hormat menghormati. Oleh karena kesetaraan inilah nanti konsep Negara sudah tidak perlu ada. Di masa itu di manapun kita lahir dan dibesarkan, dari orang tua suku apapun, warna kulit apapun, jangan khawatir karena kita pasti akan hidup makmur dalam damai dan dihormati. Kita semua adalah warganegara Dunia.